Minggu, 07 Oktober 2012
In:
my education
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK
A. PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA
Kinerja
merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan
untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Menurut Mardiasmo
(2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran
kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi.
Maksud
dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:
1.
Membantu
memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran
program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada
masyarakat.
2.
Ukuran
kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan.
3.
Untuk
mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Selain
itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan kelayakan
biaya pelayanan (cost of service)
yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik karena mereka tidak mau
selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari
pelayanan yang diterima tersebut.
Kinerja
sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal
yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda
dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih
banyak bersifat intangible output,
maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non-finansial.
B.
TUJUAN
SISTEM PENGUKURAN KINERJA
Tujuan sistem
pengukuran kinerja antara lain:
1.
Untuk
mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).
2.
Untuk
mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat
ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.
3.
Untuk
mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta
motivasi untuk mencapai good congruence.
4.
Sebagai
alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan
kolektif yang rasional.
C.
MANFAAT
PENGUKURAN KINERJA
Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran
kinerja:
1.
Memberikan
pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen
2.
Memberikan
arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.
3.
Untuk
memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target
kinerja serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki kinerja.
4.
Sebagai
dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment).
5.
Sebagai
alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja
organisasi.
6.
Membantu
mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7.
Membantu
memahami kegiatan instansi pemerintah.
8.
Memastikan
bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
D.
PRINSIP-PRINSIP
PEMILIHAN UKURAN KINERJA
Berikut ini
merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-ukuran kinerja
instansi yang sesuai dengan skema indikator:
Evaluasi
kembali ukuran yang ada
|
Informasi
kinerja tetap dibutuhkan oleh manajemen. Apabila skema indikator kinerja
sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan mengembangkan skema baru.
|
Mengukur
kegiatan yang penting, tidak hanya hasil
|
Kinerja selalu
berorientasi hasil. Ukuran hasil sering diformulasikan dalam rasio keuangan.
Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya permasalahan. Hasil tersebut tidak
akan menunjukkan diagnosis hasil.
|
Pengukuran
harus mendorong tim kerja yang akan mencapai tujuan
|
Pembagian
proses pengukuran menciptakan lingkungan tim kerja yang aktivitasnya
diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.
|
Pengukuran
harus merupakan perangkat yang terintegrasi, seimbang dalam penerapannya
|
Agar efektif,
sistem pengukuran harus diciptakan sebagai perangkat terintegrasi yang
diperoleh dari strategi perusahaan. Sebagian besar perusahaan berusaha
meminimalkan biaya, meningkatkan kualitas, mengurangi waktu pelaksanaan
produksi dan menciptakan pengembalian investasi yang wajar.
|
Pengukuran
harus memiliki fokus eksternal jika memungkinkan
|
Ukuran
internal yang umum dipakai dalam sebuah organisasi perbandingan kinerja dari
tahun ke tahun. Suatu perbandingan tertentu dapat dilakukan ke tingkatan
mikro: divisi, departemen, kelompok, bahkan individu.
|
E.
SKALA
PENGUKURAN
Skala pengukuran
dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a.
Skala
Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran
yang paling rendah tingkatannya karena denga skala ini obyek pengukuran hanya
dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan
kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak dibedakan berdasarkan
tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan lebih rendah atau
lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang lain, tetapi hanya sekedar
berbeda.
b.
Skala
Ordinal
Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau
lebih baik dari pada skala nominal karena selain memiliki ciri-ciri yang sama
dengan skala nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek dalam golongan yang
berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal, yaitu bahwa
golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat dibedakan
tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan dapat dikatakan lebih tinggi
atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.
c.
Skala
Interval
Skala interval memiliki kelebihan yaitu
mempunyai unit pengukuran yang sama, sehingga jarak antara satu titik dengan
titik yang lain, atau antara satu golongan dengan golongan yang lain dapat
diketahui.
d.
Skala
rasio
Skala rasio merupakan skala yang paling
tinggi tingkatannya karena skala ini mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh
semua skala di bawahnya. Skala rasio memiliki titik nol yang sebenarnya yang
berarti bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio dan berada pada
titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.
F.
SIKLUS
PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja dilakukan dengan
melalui lima tahapan berikut ini:
1.
Perencanaan
strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses penskemaan strategi,
yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, kebijakan,
program operasional san kegiatan/aktivitas.
2.
Penciptaan
indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah perumusan
strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat dihitung,
contohnya adalah jumlah klaim yang diproses.
3.
Mengembangkan
sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga langkah, yaitu: pertama,
meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam siklus pengukuran kinerja.
Kedua, mengukur kinerja dengan data yang tersedia dan data yang dikumpulkan.
Ketiga, penggunaan data pengukuran yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam
cara-cara yang dapat dimengerti dan bermanfaat.
4.
Penyempurnaan
ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas indikator hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting
dibandingkan dengan pemikiran kembali atas indikator masukan (inputs) dan keluaran (outputs).
5.
Pengintegrasian
dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan ukuran kinerja tersedian secara
efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan data organisasi dapat
dijadikan alat untuk memotivasi tindakan dalam organisasi.
G.
INFORMASI
YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA
a.
Informasi
Finansial
Penilaian
laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat.
Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau
perbedaan) antara kinerja aktual dengan anggaran yang dianggarkan.
Analisis varians
secara garis besar berfokus pada :
1.
Varians
pendapatan (revenue varians)
Varians
pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva atau
penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan.
2.
Varians
pengeluaran (expenditure variance)
ü Varians belanja
rutin
Anggaran
belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang
sifatnya lancar dan terus menerus yang
dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda pemerintahan dan memelihara
hasil-hasil pembangunan.
ü Varians belanja
investasi/modal (recurrent expenditure
variance)
Belanja investasi/modal adalah
pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan
menambah aset atau kekayaan pemerintah, dan
selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan
pemeliharaan.
Setelah
dilakukan analisis varians maka tahap selanjutnya dilakukan identifikasi sumber
penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level
manajemen paling bawah.
b.
Informasi
Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat menambah
keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran
kinerja yang komprehensif dan banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi
dewasa ini adalah Balanced Scorecard.
Metode Balanced Scorecard merupakan
pengukuran kinerja organisasi berdasarkan aspek finansial dan juga aspek
nonfinasial. Balanced Scorecard dinilai
cocok untuk organisasi sektor publik karena Balanced Scorecard tidak
hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif
dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang menempatkan
laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang cenderung
bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi, 2007). Pengukuran dengan metode
ini melibatkan empat aspek, antara lain :
1.Perspektif
finansial (financial perspective)
Perspektif
finansial menjadi perhatian dalam balanced
scorecard karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi
ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh pengambilan keputusan. Aspek keuangan
menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi
memberikan perbaikan yang mendasar. Pengukuran kinerja keuangan
mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:
ü Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus
kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik.
Disini manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk/jasa
dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem,
infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global,
serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
ü Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana
perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan
tingkat pengembalian terbaik. Pada tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan
pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.
ü Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana
perusahaan benar-benar menuai hasil investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak
ada lagi investasi besar, baik ekspansi pembangunan kemampuan baru, kecuali
pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan.
2.Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)
Dalam perspektif
ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan internal untuk
peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera pasar.
Dalam perspektif ini peran riset pasar sangat besar. Perspektif pelanggan
memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:
ü
Core measurement group, yang memiliki
beberapa komponen pengukuran, yaitu:
· Pangsa Pasar (market
share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi bisnis yang dijual oleh
sebuah unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah
pelanggan uang yang dibelanjakan atau volume satuan yang terjual.
· Retensi
Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat dimana perusahaan
dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan
dengan mengetahui besarnya presentase pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang
asa saat ini.
· Akuisisi
Pelanggan (Customer Acquisition) :
pengukuran ini menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik
pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur dengan
membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di segmen yang ada.
· Kepuasan
Pelanggan (Customer Satisfaction) :
pengukuran ini berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait
dengan kriteria spesifik dalam value proportion.
ü Customer Value
Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada Core value
proportion didasarkan pada atribut sebagai berikut:
· Product/service attributes yang meliputi
fungsi produk atau jasa, harga dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasikan
apa yang diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang ditawarkan.
· Customer relationship adalah strategi
dimana perusahaan mengadakan pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas
atau produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.
· Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan
melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.
3.
Perspektif
efisiensi proses internal (internal
process efficiency)
Dalam hal ini perusahaan berfokus pada
tiga proses bisnis utama yaitu:
ü
Proses
inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah
bagi pelanggan, proses inovasi merupakan salah satu kritikal proses, dimana
efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan
mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilai tambah bagi
pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
· Pengukuran
terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan
· Pengukuran
terhadap proses pengembangan produk.
ü
Proses
Operasi
Pada proses operasi yang dilakukan oleh
masing-masing organisasi bisnis, lebih menitikberatkan pada efisiensi proses,
konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada
pelanggan.
ü
Pelayanan
Purna Jual
Tahap terakhir dalam pengukuran proses
bisnis internal adalah dilakukannya pengukuran terhadap pelayanan purna jual
kepada pelanggan. Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup penting dalam proses
bisnis internal, karena pelayanan purna jual ini akan berpengaruh terhadap
tingkat kepuasan pelanggan.
4.
Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (learning
and growth perspective).
Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan
betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus mempertahankan
karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan
karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan
meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian
hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan organisasi merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja
yang istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.
Jenis informasi
non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci. Variabel kunci
adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi penyebab
kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :
1)
Menjelaskan
faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
2)
Sangat
volatile (mudah berubah) dan dapat
berubah dengan cepat
3)
Perubahannya
tidak dapat diprediksi
4)
Jika
terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera
5)
Variabel
tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara (surrogate). Sebagai contoh kepuasan
masyarakat tidak dapat diukur secara langsung akan tetapi dapat dibuat ukuran
antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan dan demonstrasi dapat dijadikan
variabel kunci.
Contoh Variabel
Kunci
Dinas/Unit
Kerja
|
Variabel Kunci
|
Rumah Sakit
dan hotel
|
Tingkat hunian
kamar (kamar yang dipakai : jumlah total kamar yang tersedia)
|
Klinik
Kesehatan
|
Jumlah
pelannggan (masyarakat) yang dilayani per hari
|
Perusahaan
Listrik Negara
|
KWH yang
terjual
|
Perusahaan
Telekomunikasi
|
Jumlah pulsa
yang terjual
|
Perusahaan Air
Minum
|
Jumlah debit
air yang terjual
|
DLLAJ
|
Jumlah alat
angkutan umum
Paid seats/capacity seats
|
Pekerjaan Umum
|
Panjang jalan
yang dibangun/diperbaiki
Panjang jalan
yang disapu/dibersihkan
|
Kepolisian
|
Jumlah
kriminalitas yang tertangani
Jumlah
kecelakaan/pelanggaran lalu lintas
Jumlah
pengaduan masyarakat yang tertangani
|
DPR/DPRD
|
Jumlah
pengaduan dan tuntutan masyarakat yang tertangani
Jumlah rapat
yang dilakukan
Jumlah
undang-undang atau perda yang dihasilkam
Jumlah peserta
rapat per total anggota
|
Dipenda
|
Jumlah
pendapatan yang terkumpul
|
Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan
dengan baik, berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan:
a.
Membuat
suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan segera.
Hal yang perlu dilakukan oleh instansi
adalah sesegera mungkin memulai upaya pengukuran kinerja dan tidak perlu
mengharap pngukuran kinerja akan langsung sempurna. Nantinya, perbaikan atas
pengukuran kinerja akan dilakukan.
b.
Perlakuan
pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-going process)
c.
Pengukuran
kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses ini merupakan
suatu cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya memperbaiki kinerja.
d.
Sesuaikan
proses pengukuran kinerja dengan organisasi
Organisai harus menetapkan ukuran
kinerja yang sesuai dengan besranya organisasi, budaya, visi, tujuan, dan
struktur organisasi.
H.
PERANAN
INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA
Indikator
Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama
organisasi (critical success factors) dan
indikator kinerja kunci (key performance
indicator).
Faktor
Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja
unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan
memperhatika variabel-variabel kunci finansial dan non-finansial pada kondisi
waktu tertentu.
Indikator
Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran
kinerja kunci baik yang bersifat
finansial maupun non-finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja
unit bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan
memonitor capaian kinerja.
Komponen yang
digunakan dalam penentuan indikator kinerja :
a.
Biaya
pelayanan (cost of service)
Indikator biaya diukur dalam bentuk
biaya unit (unit cost), misalnya
biaya per unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang
terangkut, biaya per siswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan
biaya unitnya karena output yang
dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan
yang diberikan. Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja produksi
misalnya belanja per kapita.
b.Penggunaan (utilization)
Indikator
ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public demand). Indikator ini harus mempertimbangkan preferensi
publik sedangkan pengukurannya berupa volume absolut atau presentase tertentu,
misalnya presentase penggunaan kapasitas. Contoh lain yaitu rata-rata jumlah
penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk
mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada
tiap-tiap jalur.
c. Kualitas dan
standar pelayanan (quality and standards)
Indikator ini
merupakan indikator yang paling sulit diukur karena menyangkut pertimbangan
yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan jumlah komplain masyarakat
atas pelayanan tertentu.
d. Cakupan
pelayanan (coverage)
Indikator ini perlu dipertimbangkan jika
terdapat kebijakan atau peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk
memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
e. Kepuasan (satisfaction)
Indikator kepuasan diukur melalui metode
jajak pendapat secara langsung. Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan
aspirasi masyarakat (need assessment)
dapat juga digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun, dapat juga
digunakan indikator proksi misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator
kinerja tersebut memerlukan kerjasama antar unit kerja.
Contoh
Pengembangan Indikator Kinerja
Dinas/Unit
Kerja
|
Indikator
Kinerja
|
Rumah Sakit
|
Biaya total
rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk
Biaya
rata-rata pelayanan medis dan paramedis per pasien yang masuk
Biaya
rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per pasien yang masuk
Penggunaan
fasilitas
Rata-rata masa
tinggal pasien di rumah sakit
Jumlah pasien
rata-rata per bed per tahun
Rasio antara
pasien baru dengan pasien lama yang masuk kembali
Proporsi
tingkat hunian
|
Klinik
Kesehatan
|
Jumlah pelanggan
yang dilayani per hari per jumlah total penduduk untuk wilayah tertentu
|
Pekerjaan Umum
|
Panjang jalan
yang dibangun atau diperbaiki/total panjang jalan
Panjang jalan
yang disapu atau dibersihkan/total panjang jalan
Kondisi jalan
Keamanan jalan
(road safety)
|
Kepolisian
|
% Jumlah
kriminalitas yang tertangani/Jumlah kriminalitas yang terdeteksi/tercatat
% Penurunan
jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu lintas
% Jumlah
pengaduan masyarakat yang tertangani/Jumlah total pengaduan masyarakat yang
masuk
|
DPR/DPRD
|
% Jumlah
pengaduan dan tuntutan masyarakat yang tertangani/Jumlah total aspirasi yang
masuk
Jumlah rapat
yang dilakukan per bulan/tahun
Jumlah
peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun
% Jumlah
peserta rapat per total anggota
|
Dipenda
|
% Jumlah pendapatan
yang terkumpul/potensi
|
I.
INDIKATOR
KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
Menurut Mahmdi (2005:97) dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik
menyatakan karakteristik indikator
kinerja sebagai berikut :
a. Sederhana dan mudah dipahami,
b. Dapat diukur,
c. Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan angka,
d. Diakitkan dengan standar atau target kinerja,
e. Berfokus pada costumer service, kualitas dan efisiensi,
f.
Dikaji secara teratur.
Value for money merupakan konsep
pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama
yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Value for money merupakan inti
dari pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Permasalahan yang sering
dihadapi oleh pemerintah dalam melakukan pengukuran kinerja adalah sulitnya
mengukur output karena output yang
dihasilkan tidak selalu berupa output berwujud tetapi lebih banyak berupa intangible output. Untuk dapat mengukur
kinerja pemerintah maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar
penilaian kinerja. Mekanisme yang diperlukan untuk menentukan indikator
kinerja, antara lain :
1)
Sistem
perencanaan dan pengendalian
Meliputi proses,
prosedur, dan struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah
dijelaskan dan dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi dengan menggunakan
rantai komando yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan
fungsi, kewenangan serta tanggungjawab.
2)
Spesifikasi
dan standarisasi
Kinerja suatu
kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan menggunakan spesifikasi teknis
secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi teknis tersebut
dijadikan sebagai standar penilaian.
3)
Kompetensi
teknis dan profesionalisme
Untuk memberikan
jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan standarisasi yang ditetapkan maka
diperlukan personel yang memiliki kompetensi teknis dan professional dalam
bekerja.
4)
Mekanisme
ekonomi dan mekanisme pasar
Mekanisme
ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang bersifat finansial, sedangkan
mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber daya yang menjamin
terpenuhinya value for money. Ukuran
kinerja digunakan sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (alat
pembinaan).
5)
Mekanisme
sumber daya manusia
Pemerintah perlu
menggunakan beberapa mekanisme untuk memotivasi stafnya untuk memperbaiki
kinerja personal dan organisasi.
Peran indikator
kinerja bagi pemerintah antara lain :
a.
Untuk
membantu memperjelas tujuan organisasi
b.
Untuk
mengevaluasi target akhir (final outcome)
yang dihasilkan
c.
Sebagai
masukan untuk menentukan skema insensif manajerial
d.
Memungkinkan
bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan
e.
Untuk
menunjukkan standar kinerja
f.
Untuk
menunjukkan efektivitas
g.
Untuk
membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang paling baik
untuk mencapai target sasaran
h.
Untuk
menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan
penghematan biaya.
J.
PENGUKURAN
VALUE FOR MONEY
Kriteria
pokok manajemen publik didasari atas :
ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik. Dengan
tujuan yang dikehendaki masyarakat mencakup pertanggungjawaban atas pelaksanaan
value for money, yaitu: ekonomis
(hermat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumberdaya, efisiensi (berdaya
guna) dalam penggunaan sumberdaya, serta efektif (berhasil guna) dalam arti
mencapai tujuan atau sasaran.
Untuk
mengukur kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif digunakanlah indikator kinerja, yang idealnya
terkait paada efisiensi biaya dan kualitas pelayanan.
K.
PENGEMBANGAN
INDIKATOR VALUE FOR MONEY
Peran
indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk
pembuatan keputusan. Indikator value for
money dibagi menjadi dua bagian, yaitu: indikator alokasi biaya (ekonomi
dan efisisensi), dan indikator kualitas pelayanan (Efektifitas). Indikator
kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal dan juga
akan membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan anggaran dan dalam
mengawasi kinerja anggaran.
a.
Tiga
pokok bahasan dalam indikator value for
money:
·
Ekonomi
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan
maukan (cost of input). Dengan kata
lain, ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat
kualitas teretentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less).
·
Efisiensi
Efisiensi berhubungan erat dengan konsep
produktifitasnya. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara output yang dihasilakn terhadap input yang diguakan (cosh of output), dan dapat dikatakan
efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan
penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (Spending well).
·
Efektifitas
Pada dasarnya berhubungan erat dengan
pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Kegiatan operasional
dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir
kebijakan (spending wisely).
Dari uraian
diatas value for money sangat
berkaitan. Ekonomi membahas masukan (input),
efisiensi membahas masukan (input) dan
keluaran (output), dan efektifitas
membahas mengenai keluaran (output)
dan dampak (outcome). Dan hubungan
nya dapat digambarkan sebagai berikut:
b.
Indikator
efektifitas biaya (Cost-Effectiveness)
Indikator
efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena disatu
pihak mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara ekonomis dan efisien akan
tetapi output yang dihasilkan tidak
sesuai target. Sedang dipihak lain, program dikatakan efektif dalam mencapai
tujuan, tetapi tidak dicapai dengan cara ekonomis dan efisien. Jika suatu
program efektif dan efisien maka program tersebut dikatakan cost-effectivenness.
L.
LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
Ø Pengukuran
Ekonomi
Pengukuran
ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan dan merupakan ukuran
relatif.
Ø Pengukuran
Efisiensi
Efisiensi dapat
diukur dengan rasio antara output
dengan input.
Rasio efisiensi
tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk relative, karena
efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan
efisiensi dapat dilakukan dengan cara:
-
Meningkatkan
output dalam proporsi yang lebih
besar daripada proporsi peningkatan input.
-
Menurunkan
input pada tingkatan output yang sama.
-
Menurunkan
input dalam proporsi yang lebih besar
daripada proporsi penurunan output.
Ø Pengukuran
Efektifitas
Efektifitas
adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila
suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan
telah berjalan dengan efektif.
Ø Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau
kegiatan terhadap masyarakat. Outcome
lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap
masyarakat, sedangkan outcome
mengukur kualitas output dan dampak
yang dihasilkan (Smith, 1996)
Ø
Estimasi
Indikator Kinerja
Estimasi dapat dilakukan dengan
menggunakan :
a.
Kinerja
tahun lalu
Digunakan sebagai dasar untuk
mengestimasi indikator kinerja. Karena merupakan perbandingan bagi unit untuk
melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan. Disamping itu terdapat time lag antara aktivitas yang telah
dilakukan dengan dampak yang timbul dari aktivitas tersebut. Dampak yang timbul
pada tahun sekarang dapat dirasakan pada tahun yang akan datang.
b.
Expert Judgement
Digunakan karena kinerja tahun lalu yang
sangat berpengaruh terhadap kinerja berikutnya. Teknik ini menggunakan
pengetahuan dan pengalaman dalam mengestimasi indikator kinerja. Expert judgrment digunakan untuk
melakukan estimasi kinerja. Selain itu dari segi biaya juga tidak terlalu
mahal. Tetapi mempunyai kelemahan yaitu sangat tergantung pada pandangan
subyektif para pengambil keputusan. Dampak dari pencapaian kinerja tidak secara
otomatis dapat dikatakan bahwa unit tersebut mengalami peningkatan kinerja.
c.
Trend
Digunakan dalam mengestimasi indikator
kinerja karena adanya pengaruh waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja.
d.
Regresi
Regresi dilakukan untuk menentukan
seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen mampu mempengaruhi
variabel dependen.
Ø
Pertimbangan
dalam Membuat Indikator Kinerja
Langkah
awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan efektivitas adalah
memahami operasi dalam menganalisis kegiatan dan program yang akan
dilaksanakan. Terdapat dua jenis kebijakan yaitu input dan proses yang mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi
sumber daya input untuk dikonversi
menjadi output melalui satu atau
beberapa proses konversi atau operasi.
Hasil
kebijakan ada tiga jenis, yaitu : output, akibat, dampak, dan distribusi
manfaat. Output yang diproduksi
diharapkan akan memberikan sejumlah akibat dan dampak yang positif tehadap
tujuan program. Hal ini disebut dengan outcome
program.
Apabila
ukuran outcome tidak bersedia dan
ukuran efektivitas suatu program yang dapat dikuantifikasi tidak dapat
ditentukan, maka perlu dikembangkan ukuran kinerja antara. Karena ukuran
kinerja pengganti tidak dapat mengukur secara tepat dalam pencapaian program.
Terlalu banyak perhatian terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan
perilaku disfungsional pada manajer dan pengambilan keputusan.
Contoh indikator kinerja di Perguruan
Tinggi
Pertimbangan Input
|
|
Input
Mahasiswa
|
-
Latar belakang sosial ekonomi
-
Latar belakang budaya
|
Sumber
Daya
|
-
Jumlah dosen
|
Indikator Proses
|
|
Staf
|
-
Kualitas dosen
-
Tingkat perpindahan dosen
|
Perkuliahan
|
-
Frekuensi temu kelas dan konsultasi
-
Rasio dosen
|
Kurikulum
|
-
Mata kuliah utama
-
Mata kuliah pilihan
|
Daya
Dukung Pendidikan
|
-
Forum-forum ilmiah
-
Saran olahraga
|
Organisasi
|
-
Manajemen perguruan tinggi
-
Organisasi mahasiswa
|
Mutually
|
-
Tingkat ekspektasi dosen
-
Tingkat tanggung jawab mahasiswa
|
Indikator Output
|
|
Mahsiswa
|
-
Sikap dan perilaku masasiswa
-
Tingkat kehadiran dan ketidak hadiran
|
Dosen
|
-
Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran
-
Keterlambatan
|
DAFTAR
PUSTAKA
Bastian,
Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik:
Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Mardiasmo. 2009.
Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Langganan:
Postingan (Atom)